Kamis, 18 Oktober 2018


Afif Zaenal /15120096

Reportase Filsafat Pertemuanke 3

Esensi Manusia

Dalam diri seseorang terdapat 4 hal, antara lain:
1.     Dzat/klasifikasi (Diri)
2.     Substansi (Sifat)
3.     Realitas/nyata (Asma)
4.     Tindakan (Af’al)

Sudut pandang dari Ki Hajar Dewantoro :

Manusia di ciptakan sebagaititah Tuhan yang terdiri atas raga,jasmani, dan rohani. Manusia juga di sebut makhluk manifestasi dari Tuhan yang artinya Tuhan butuh di kenali melaluli ciptaanNya, contoh : alam, hewan, tumbuhan, manusia. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Yang menjadikan alasan manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya karena manusia mempunyai akal dan pikiran. Itulah yang membedakan kita sebagai manusia berbeda dengan makhluk penghuni bumi yang lain. Akan tetapi, manusia juga mempunyai keterbatasan fisik seperti ukuran, kekuatan, kecepatan, dan pancaindera bila dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia memiliki naluri, nalari, dan nurani. Dengan adanya sifat naluri, manusia dapat melakukan penalaran berdasarkan pemikirannya yang bersifat logis dan analisis. Berbeda halnya dengan binatang yang hanya mempunyai naluri seperti cara memperoleh makanan, proses berkembang biak, dan upaya mempertahankan dirinya dari pemangsa.
Bicara soal sifat seseorang, maka tidak terlepas yang namanya dari nasib manusia itu sendiri, jadi bisa di katakan Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang jika tidak merubahnya.


Rabu, 17 Oktober 2018


Afif Zaenal
15120096
7B

Hakikat manusia terdiri atas aspek – aspek, sebagai berikut:

1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TUHAN
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran dan penyadaran diri. Karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinyadengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek) selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaanya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian daripadanya.

2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERAGAMA
Aspek keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang geografis dimana manusia berada. Keberagaman menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.
Dilain pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan manusia agar manusia beriman dan bertaqwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah yanag bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagaman akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, system peribadatan maupun berkenaan dengan pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam.

Kamis, 04 Oktober 2018


Nama : Afif Zaenal 
NPM : 15120096




Filafat pendidikan Ki Hajar Dewantoro
 Sejarah pendidikan di Indonesia, dengan seorang tokoh pemikir, perumus dan pelaksana revolusi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, merupakan filsuf pendidikan yang hidup pada zaman pergerakan kebangkitan nasional dan zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara berhasil mewujudkan penerapan pemikiran, kebijakan, serta praktik-praktik pendidikan ke dalam sebuah institusi pendidikan yang sangat terkenal pada zamannya. Institusi pendidikan itu adalah perguruan Taman Siswa. Ajaran dan pandangan filsafat Ki Hadjar Dewantara yang sangat menekankan model pendidikan yang bersifat nasional keindonesiaan menyadarkan rakyat pribumi untuk menjadi kesatuan dalam pergerakan nasional dalam melawan kolonialisme Belanda pada abad yang lalu. Pendidikan menurut Ki Hajar adalah suatu daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa bagian-bagian tersebut tidak boleh dipisahkan guna memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya. Pendidikan nasional menurut paham Ki hadjar Dewantara merupakan pendidikan yang beralaskan pada garis hidup bangsanya (cultureel-national) dan ditujukan untuk keperluan peri kehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama dengan bangsa lain untuk kemuliaan segenap manusia diseluruh negara. Pendidikan Ki hadjar menekankan pada pelestarian budaya Indonesia dan memanusiakan kodrati hidup anak. Sehingga Ki Hadjar sendiri tidak menerapkan reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam kependidikannya, sangat berbeda dengan pendidikan dunia barat. Dalam pendidikan dunia barat, anak yang terlambat justru akan diberikan hukuman atau denda sebagai sanksi atas keterlambatannya. Tetapi Ki Hadjar tidak menerapkan hal yang demikian, jika hal tersebut dilakukan pada anak, maka ketika anak itu dewasa ia tidak akan bekerja jika tidak diperintah, hal ini sangat bertolak belakang dengan kodrati hidup manusia. Di Taman Siswa ketika ada anak yang terlambat, ia tidak akan diberi hukuman atau denda, tetapi ia akan diberi tambahan waktu untuk belajar sesuai dengan waktu keterlambatannya, sebagai pengganti dari waktu belajar yang hilang karena terlambat tadi. 

Jumat, 28 September 2018

filsafat itu ?

Afif Zaenal
15120096





 FILSAFAT ITU ?

Filsafat, menurut arti kata yang sebenarnya, adalah cinta akan kebijaksanaan, dan karena itu filsafat seharusnya lebih dilihat sebagai pandangan hidup: bagaimana seorang manusia memandang dunianya, berpikir dan memahami dunia dan lingkungannya, dan bagaimana ia menata hidupnya dalam dan bersama dengan dunianya. Filsafat juga dilihat sebagai ilmu yang membutuhkan refleksi dan pemikiran sistematis-metodis dengan secara aktif menggunakan intelek dan rasio kita. Namun filsafat sebagai pandangan hidup dan sebagai ilmu tidak terpisah satu sama lain, melainkan berkaitan sangat erat, malahan saling memuat dan mencakupi melalui karya rasional yang abstrak-spekulatif namun berpijak pada alam kosmis yang konkret dan riil ini.

Lewat berpikir dan berefleksi, kita sebenarnya mengonfrontasikan diri dengan lingkungan-dunia dan bagaimana kita memandang dan memahami diri kita. Kaitan erat antara filsafat sebagai pandangan hidup dan sebagai ilmu dapat kita lihat dalam biografi setiap filsuf dalam setiap era berpikir manusia. Saya hanya menyebut beberapa nama yang secara eksplisit berbicara tentang pokok ini, terutama kaitan erat antara ‘berpikir’ dengan kehidupan konkret – hidup dan estetika, kehidupan praktis-konkret. Di sini kita bisa melihat bagaimana filsafat langsung berhubungan dengan pembentukan sikap, kepribadian dan transendensi serta transformasi diri manusia. Oleh sebab itu makalah ini diberi judul “Menghalau Kemelut Hidup Dengan Filsafat.”